coretan masa lalu
Arti kehidupan… ya itu
lah yang sedang ku cari saat ini.Di saat usia ku kini yang mulai beranjak
dewasa dan mulai bertingkah laku dewasa ,aku ingin sekali mengerti arti hidup
yang sesungguhnya.Aku mengerti bahwa
tidak semua keinginan kita bisa terpenuhi sesuai keinginan kita, tapi apa
mungkin aku juga harus terlarang tentang kupu-kupu yang kan mengocok isi
perutmu. Ku tau ada waktunya kita harus mengalah dengan suatu keadaan dimana
kita tidak di beri kesempatan sedikit pun untuk suatu hal yang memang belum
waktunya kita alami atau ketahui, dan kita harus sabar untuk menanti itu.
Cinta ……. Mungkin sampai saat
ini atau bahkan sampai detik ini…………………………….
aku belum di perbolehkan oleh-Nya untuk
merasakan bagaimana asam manisnya dalam menjalin hubungan yang cukup serius
dengan lawan jenis.Aku mungkin bisa mengerti keadaan ku saat ini tidak
memungkin kan untuk aku memiliki seseorang yang cukup berarti bagi keseharian
ku dan mengisi ruang kosong ku.Karena aku memiliki banyak kekurangan ….. tapi
ada saat aku tak rela ketika semua temanku memiliki pasangan sedang aku
tidak,terkadang aku fikir ada yang tak adil dalam hidup ini karena tak ada satu
orang pun yang berfikir bahwa di sini di hati ini masih ada yang terluka saat
melihat mereka bercengkrama dan meninggalkan aku seorang diri bagaikan seekor
anak burung yang kehilangan induknya.
Tapi di saat mereka kehilangan
akal untuk berfikir aku lah tempat mereka untuk mencurahkan perasaan mereka
yang sedang gundah, aku memang tak keberatan ….tapi terkadang aku berfikir mungkin
di sinilah titik kelemahan ku yaitu bagai tong sampah yang hanya bisa menampung
semua keluh kesah para sahabat ku yang sedang berpatah hati.
Sedang aku????? siapa orang yang
peduli akan aku bahkan mungkin mereka lupa akan kehadiran ku di samping mereka
yang mungkin terkadang di katai pengekor. Rasa perih mungkin tak bisa ku
ungkapkan karena perasaan yang ku alami lebih dari sekedar itu.”Kamu memang
sahabat ku”mungkin hanya itu yang ingin ku dengar dari mulut para orang-orang
itu.Tapi tuk kesekian kalinya ku katakan itu hanya sebagian dari mimpiku.
Apalagi di saat aku mulai menginjak
bangku SMA, ini adalah saat di mana aku harus benar-benar teruji oleh kehidupan
baru yang cukup mengekang fisik dan psikis sekaligus menghadapi sikap
sahabat-sahabat baru yang belum pernah ku kenal sebelumnya. Aku cukup bahagia
akan kehidupan ku yang baru ini di bangku SMA meski harus ku akui teman
sekelasku adalah golongan anak yang paling di kenal oleh guru-guru karena
keonarannya ,Tapi aku sempat tak mengerti akan sikap mereka yang urakan karena
jika mereka dalam keadaan tenang mereka tak pernah sekalipun membuat onar.
Yang paling buat ku bahagia
adalah saat dimana aku bertemu sosok orang yang membuat ku kuat yaitu dia yang menyadarkan ku bahwa hidup
akan lebih indah jika penuh tawa canda tanpa pernah tertutupi oleh sebuah
kedustaan yang fana. Dia mengubah semua pandangan ku tentang kehidupan,dia
membuka mataku lebar-lebar dan menunjukan bahwa ada kehidupan yang luar biasa
di luar sana.Setiap hari aku tersenyum bersamanya dan inilah yang telah lama ku
idam-idamkan sampai detik ini.
Aku tak akan pernah melupakannya
,berkatnya aku menjadi yakin bahwa nanti akan ada orang yang sangat peduli pada
ku dan aku tak akan pernah merasakan kesedihan yang lama telah ku alami.Huh
..... baru kini aku merasakan kehidupan yang benar-benar nyata, “Thanks forever for you” kamu telah membuat aku
bahagia……
Aku tak pernah tahu apakah ku
bisa membalas semua kebaikannya selama ini. Ia tak pernah sedikit pun
menganggap ku orang yang aneh atau orang yang punya kekurangan dan mungkin
dalam urusan cinta. Ia sangat mengerti meski ku tahu ia mendekati ku hanya
karena orang yang ia sukai selalu bersama ku,tapi entah mengapa aku tak pernah
bisa marah padanya. Ya…mungkin karena aku simpati, hm…. Entahlah sepertinya
bukan hanya itu.
Ya…. Di dunia ini tentu ada yang secara tak sengaja
terjadi bukan? Itu mungkin saja yang di sebut-sebut sebagai takdir, ya… takdir
yang tak di inginkan. Begitupun aku, yang entah sejak kapan mulai terjebak
dalam urusan cinta, mungkin bukan terjebak, namun terperangkap. Siapa yang bisa
mengeluarkan aku? Tentu saja sang pemilik kunci yang telah mengurungku dalam
dunia ini. Karena baik sadar maupun tidak dia telah mencoba menghancurkan
secuil dari kehidupanku.
Mungkin aku memang tak pantas mengatakan jika ia mencoba
menghancurkan secuil saja kehidupanku, tapi bukankah benar adanya? Aku manusia
lemah (ku akui itu dengan pasti), terbawa arus deras yang aku sendiri tak tahu
akan terbawa kemana, tak tahu apakah ini akan berakhir di hilir atau tidak.
Tapi bukankah aku pantas tahu mengapa aku bisa terbawa? Sebab jujur aku sendiri
tak tahu. Mereka datang dalam hidupku baik-baik tapi berakhir dengan duka dalam
semua jiwa, entah bisa di katakan semuanya atau tidak tapi yang pasti aku
mengalaminya, aku yang merasa terhanyut terlalu jauh dari pada mereka yang
membawaku.
Mengapa satu orang itu harus memilihku? Mengapa harus
terjadi hal itu dulu? Kau pilih aku, dia pilih kau, lalu aku? Apa aku harus
memalingkan wajah dan berpura-pura tak pernah melihat langit? Tentu aku tak
akan bisa, mata, telinga, hati, takan bisa merubah apa yang telah kita saksikan
dan kita dengar di dunia ini, meskipun mungkin otak kita bekerja dua ratus kali
lipat dari biasanya.
Hanya karena satu hal sebuah kata persahabatan yang aku
harap akan terjalin musnah, hanya karena satu hal yang bahkan aku tak tahu
runtutannya, aku tak tahu bagaimana waktu saat itu berjalan, yang ada dalam
penak hanya penyesalan dan berharap kan berulang ke masa lampau.
Hei… mungkin kalian berdua menganggapku sebagai sosok
yang terlalu kaku, menganggap kata persahabatan masih ada dalam dunia yang
seperti ini. Dunia yang bahkan penuh dengan tipu daya ini. Bahkan karena kita
tak bisa membaca semua pikiran yang ada dalam kepala seseorang kita membuat
kebohongan-kebohongan yang kita sendiri pun tak sadar melakukannya. Tapi apakah
aku si manusia kaku dan bodoh ini tak dapat merasakan sedikit saja sesuatu yang
di namakan persahabatan??
Sesuatu yang dari dulu aku harapkan? Apakah tak akan ada
yang mengabulkan itu sampai aku tiada nanti?
Aku hanya ingin sedikit saja, meski mungkin itu adalah suatu kebohongan
apakah aku tetap tak dapat? Apa aku harus benar-beanar menghapus itu?
Entahlah….
Ya mungkin kau kan bingung mengapa aku begitu bermimpi
akan semuahal itu, jika kau melihat ke balik diriku kau kan lihat begitu gelap
yang ada di belakang ku, ya… seperti malam mencekam penuh teka-teki dan
terselubung oleh hal yangku pastikan taka nada seseorang yang mau tenggelam ke
dalamnya bersamaku.
Suatu waktu aku pernah bermimpi akan ada seorang laki-
laki datang kepadaku melamarku namun aku tampak tak bahagia. Bukan karena kau
tak menyayangi laki-laki itu tetapi aku tak bisa karena suatu kebencian dan
suatu tekanan. Ya… kebencian yang aku dapat akibat telalu berharap tentang
persahabatan itu, masih aku ingat berbagai upaya ku untuk menghubungkan kita
menjadi suatu sahabat. Dan tekanan itu pula yang aku dapat dari semua itu.
Kadang…… manusia di hadapkan dengan pilihan yang sangat
sulit sehingga bisa saja kita tergelincir dalam lubang itu dan membuat suatu
kerusakan dalam tubuh yang seharusnya kita jaga agar tetap mulus, tapi
bagaimana cara kita agar tak terjatuh kedalamnya? Apakah ada caranya? Aku butuh
itu, aku butuh keduanya, dan meski aku harus berkata aku sangat bergantung pada
itu takan membuatku menundukan kepala.
Setelah sesuatu terjadi kau pasti menemukan hasilnya,
dan jika salah kau tak boleh jatuh dalam lubang yang sama begitupun jika kau
benar, jangan terlalu bangga akan itu, sesuatu akan sangat mudah berbalik dalam
sekejap bahkan tak akan ada yang bisa menghitung kecepatan dari perubahan itu.
Dan ya… semua yang di harapkan manusia tak mulus seperti
yang di harapkan, tak selalu. Dan aku mengalami itu, tapi kenapa? Kenapa selalu
aku? Begitu letih aku menjalani ini semua, berjalan di tengah dusta yang ku
buat dengan secara tidak sengaja oleh semua orang yang mengisi kekosonganku.
Lalu aku harus apa saat aku sudah terjebak terlalu jauh?
Haruskah aku berlari, berteriak, memohon, menyembah??? Meminta untuk melepaskan
aku dari hal yang tak aku menegrti sama sekali?
Sebenarnya siapa dalang dari semuanya? Apakah ada? Tentu
ada dan yang seharusnya di salahkan adalah aku sendiri. Aku yang salah telah
memiliki rasa lain padanya, padahal kau tau sendiri ia tak boleh atau terlarang
untuk kau cintai…
Huhh…. Memang siapa yang menginginkan ini? Salahkan hati
yang harus berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya saat berada di dekatnya,
salahkan mata ini yang tak bisa lepas dari pandangannya, salahkan tubuh ini
yang tak bisa menjauh dari raganya.
Baiklah mungkin memang seharusnya aku mengatakan yang
sesungguhnya tanpa bertele-tele, ya aku mencintainya. Tanpa atau dengan sadar
aku telah memulai masalah berikutnya dalam kehidupanku, aku yang tak pantas
atau bahkan tak boleh mencintainya malah terjatuh dalam jebakan itu.
Mengapa tak boleh? Bukan kah hak semua orang tuk sling
mencintai? Mengapa aku di larang mencintainya? Hal sepele kan menjawabnya,
yaitu persahabatan.
Miris memang, mengorbankan hati hanya demi persahabatan
yang ku tahu sendiri persahabatan itu begitu lekat dengan kata kebohongan dan
dusta. Lalu mengapa aku harus tetap mempertahankan itu semua? Mengapa aku masih
harus mengorbankan perasaan di tengah kebohongan yang telah di tutupi dengan
embel-embel kata persahabatan? Jangan lupakan waktuku yang ku gunakan tuk
menemukan sahabat sejati.
Karena aku tak tau kan sampai kapan aku bisa bertahan
hidup di tengah penyakit yang terus menggerogoti tubuh ini, di tengah nyawa
yang telah di ambang antara hidup dan mati, berharap menemukan arti dari sebuah
persahabatan yang selalu orang lain agung-agungkan.
Namun…… seiring berjalan waktu, detik, menit, jam, hari,
minggu, bulan, tahun, waktu yang ku nanti… waktu yang ku tunggu tak kunjung
datang. Raga, hati, jiwa, tak dapat lagi menanti kan hadirnya waktu itu, mulai
lelah dengan segala penantian yang telah ku lakukan. Kesabaran ada batasnya,
ya… dan aku telah sampai pada batasnya sampai aku mulai berfikir inilah akhir
dari kisah hidupku yang telah ku rangkai dari awal aku terlahir di dunia yang
indah ini
Huh… lucu memang, aku masih saja menganggap dunia ini
indah sedangkan aku tak pernah merasakan indahnya dunia itu sejak aku terlahir
di dunia ini, begitu banyak cita-cita yang telah aku ukir dalam anganku
berharap suatu waktu aku dapat meraih itu semua, berharap suatu waktu umurku
masih sampai untuk ke sana.
Tapi yah ini lah takdir, dan aku sudah tak dapat
merubahnya, aku hanya tinggal menunggu waktu di mana aku kan menutup mata dan
meninggalkan semua kenangan yang ku harap dapat terkenang dalam benak semua
orang yang mengingat diriku.
Ya sudahlah… itu sudah terjadi, bukankah kita harus
tetap menjalaninya dengan senyuman meskipun itu menyakitkan? Aku bahagia,
tenang… bahkan aku sangat bahagia. Aku bahagia karena aku masih dapat merasakan
indahnya jatuh cinta dan aku merasakan bagaimana indahnya berada di dekat orang
yang ku sayangi.
Kau akan merasakan bagaimana jantungmu bekerja atau
berpacu dua kali liapat dari biasanya, kau akan merasakan bibirmu yang takkan
bisa lepas dari senyuman, kau akan merasakan tubuhmu yang seakan selalu
tertarik bagai magnet oleh tubuhnya, kau akan merasa segala tindakanmu begitu
konyol di matanya, kau akan merasa tak tenang dengan segala yang akan berjalan
selanjutnya, kau akan sangat bimbang, kau akan merasa sosok yang ada di dekatmu
itu adalah benda atau sosok yang langka sehingga kau takkan pernah mau menaglihkan
matamu pada sekelilingnya, kau akan merasa ia adalah objek yang paling menarik
hatimu.
Begitu banyak hal yang akan kau alami ketika bertemu
atau berada di dekat orang yang kau cintai, begitu pula denganku, tak dapat
berpacaran dengannya membuat aku begitu menginginkan moment-moment yang indah
bersamanya agar dapat ku kenang ketika aku mulai tak dapat bertemu dengannya
lagi.
Salahkah aku? Salahkah aku begitu mengharapkan ia
memiliki perasaan yang sama denganku, salahkah aku berharap jika ia bisa saja
membalas perasaan yang telah ku bangun selama ini? Karena tanpa sadar aku mulai
berfikir bahwa ia adalah milikku.
Anggaplah aku egois, biarkanlah aku egois untuk kali
ini, sampai ketika keegoisanku membuahkan hasil yang cukup tak terduga,
persahabatan yang hancur menjadi hadiah ulang tahunku. Siapa yang menyangka
jika waktu-waktu yang ku lalui dengannya kan membuat orang lain berfikir lain.
Maka terjdilah hal itu.
Lalu aku harus apa? Tak mungkin jika seorang diriku yang
begitu mengharapkan adanya kata persahabatn membiarkan hal itu terjadi begitu
saja tanpa ada penjelasan. Bukan diriku jika memang lari dalam masalah dan
membiarkan itu semua berjalan seiring ingatan yang kan memudar pula.
Ingatan memudar, waktu berlalu, takkan pernah mengubah
posisi hancurnya kata persahabatan menjadi sahabat. Upaya telah ku lakukan,
berbagai penjelasan tetap tak mengusik diri sahabatku itu. Dia yang malah
dengan sengaja membuat seolah-olah aku yang seharusnya sangat merasa bersalah
dalam hal ini, yang padahal seharusnya ia sendiri yang betanggung jawab, karena
ia kami menjadi seperti ini. Karna ia aku harus menderita, karena ia orang itu
pun harus menderita, dan ku yakini pula dirinya ikut menderita.
continue.........