Rabu, 04 Desember 2013

coretan masa lalu


coretan masa lalu
 Arti  kehidupan… ya itu lah yang sedang ku cari saat ini.Di saat usia ku kini yang mulai beranjak dewasa dan mulai bertingkah laku dewasa ,aku ingin sekali mengerti arti hidup yang sesungguhnya.Aku mengerti  bahwa tidak semua keinginan kita bisa terpenuhi sesuai keinginan kita, tapi apa mungkin aku juga harus terlarang tentang kupu-kupu yang kan mengocok isi perutmu. Ku tau ada waktunya kita harus mengalah dengan suatu keadaan dimana kita tidak di beri kesempatan sedikit pun untuk suatu hal yang memang belum waktunya kita alami atau ketahui, dan kita harus sabar untuk menanti itu.
Cinta ……. Mungkin sampai saat ini atau bahkan sampai detik ini…………………………….

 aku belum di perbolehkan oleh-Nya untuk merasakan bagaimana asam manisnya dalam menjalin hubungan yang cukup serius dengan lawan jenis.Aku mungkin bisa mengerti keadaan ku saat ini tidak memungkin kan untuk aku memiliki seseorang yang cukup berarti bagi keseharian ku dan mengisi ruang kosong ku.Karena aku memiliki banyak kekurangan ….. tapi ada saat aku tak rela ketika semua temanku memiliki pasangan sedang aku tidak,terkadang aku fikir ada yang tak adil dalam hidup ini karena tak ada satu orang pun yang berfikir bahwa di sini di hati ini masih ada yang terluka saat melihat mereka bercengkrama dan meninggalkan aku seorang diri bagaikan seekor anak burung yang kehilangan induknya.
Tapi di saat mereka kehilangan akal untuk berfikir aku lah tempat mereka untuk mencurahkan perasaan mereka yang sedang gundah, aku memang tak keberatan ….tapi terkadang aku berfikir mungkin di sinilah titik kelemahan ku yaitu bagai tong sampah yang hanya bisa menampung semua keluh kesah para sahabat ku yang sedang berpatah hati.
Sedang aku????? siapa orang yang peduli akan aku bahkan mungkin mereka lupa akan kehadiran ku di samping mereka yang mungkin terkadang di katai pengekor. Rasa perih mungkin tak bisa ku ungkapkan karena perasaan yang ku alami lebih dari sekedar itu.”Kamu memang sahabat ku”mungkin hanya itu yang ingin ku dengar dari mulut para orang-orang itu.Tapi tuk kesekian kalinya ku katakan itu hanya sebagian dari mimpiku.
Apalagi di saat aku mulai menginjak bangku SMA, ini adalah saat di mana aku harus benar-benar teruji oleh kehidupan baru yang cukup mengekang fisik dan psikis sekaligus menghadapi sikap sahabat-sahabat baru yang belum pernah ku kenal sebelumnya. Aku cukup bahagia akan kehidupan ku yang baru ini di bangku SMA meski harus ku akui teman sekelasku adalah golongan anak yang paling di kenal oleh guru-guru karena keonarannya ,Tapi aku sempat tak mengerti akan sikap mereka yang urakan karena jika mereka dalam keadaan tenang mereka tak pernah sekalipun membuat onar.
Yang paling buat ku bahagia adalah saat dimana aku bertemu sosok orang yang membuat ku kuat  yaitu dia yang menyadarkan ku bahwa hidup akan lebih indah jika penuh tawa canda tanpa pernah tertutupi oleh sebuah kedustaan yang fana. Dia mengubah semua pandangan ku tentang kehidupan,dia membuka mataku lebar-lebar dan menunjukan bahwa ada kehidupan yang luar biasa di luar sana.Setiap hari aku tersenyum bersamanya dan inilah yang telah lama ku idam-idamkan sampai detik ini.
Aku tak akan pernah melupakannya ,berkatnya aku menjadi yakin bahwa nanti akan ada orang yang sangat peduli pada ku dan aku tak akan pernah merasakan kesedihan yang lama telah ku alami.Huh ..... baru kini aku merasakan kehidupan yang benar-benar nyata, “Thanks forever for you” kamu telah membuat aku bahagia……
Aku tak pernah tahu apakah ku bisa membalas semua kebaikannya selama ini. Ia tak pernah sedikit pun menganggap ku orang yang aneh atau orang yang punya kekurangan dan mungkin dalam urusan cinta. Ia sangat mengerti meski ku tahu ia mendekati ku hanya karena orang yang ia sukai selalu bersama ku,tapi entah mengapa aku tak pernah bisa marah padanya. Ya…mungkin karena aku simpati, hm…. Entahlah sepertinya bukan hanya itu.
Ya…. Di dunia ini tentu ada yang secara tak sengaja terjadi bukan? Itu mungkin saja yang di sebut-sebut sebagai takdir, ya… takdir yang tak di inginkan. Begitupun aku, yang entah sejak kapan mulai terjebak dalam urusan cinta, mungkin bukan terjebak, namun terperangkap. Siapa yang bisa mengeluarkan aku? Tentu saja sang pemilik kunci yang telah mengurungku dalam dunia ini. Karena baik sadar maupun tidak dia telah mencoba menghancurkan secuil dari kehidupanku.
Mungkin aku memang tak pantas mengatakan jika ia mencoba menghancurkan secuil saja kehidupanku, tapi bukankah benar adanya? Aku manusia lemah (ku akui itu dengan pasti), terbawa arus deras yang aku sendiri tak tahu akan terbawa kemana, tak tahu apakah ini akan berakhir di hilir atau tidak. Tapi bukankah aku pantas tahu mengapa aku bisa terbawa? Sebab jujur aku sendiri tak tahu. Mereka datang dalam hidupku baik-baik tapi berakhir dengan duka dalam semua jiwa, entah bisa di katakan semuanya atau tidak tapi yang pasti aku mengalaminya, aku yang merasa terhanyut terlalu jauh dari pada mereka yang membawaku.
Mengapa satu orang itu harus memilihku? Mengapa harus terjadi hal itu dulu? Kau pilih aku, dia pilih kau, lalu aku? Apa aku harus memalingkan wajah dan berpura-pura tak pernah melihat langit? Tentu aku tak akan bisa, mata, telinga, hati, takan bisa merubah apa yang telah kita saksikan dan kita dengar di dunia ini, meskipun mungkin otak kita bekerja dua ratus kali lipat dari biasanya.
Hanya karena satu hal sebuah kata persahabatan yang aku harap akan terjalin musnah, hanya karena satu hal yang bahkan aku tak tahu runtutannya, aku tak tahu bagaimana waktu saat itu berjalan, yang ada dalam penak hanya penyesalan dan berharap kan berulang ke masa lampau.
Hei… mungkin kalian berdua menganggapku sebagai sosok yang terlalu kaku, menganggap kata persahabatan masih ada dalam dunia yang seperti ini. Dunia yang bahkan penuh dengan tipu daya ini. Bahkan karena kita tak bisa membaca semua pikiran yang ada dalam kepala seseorang kita membuat kebohongan-kebohongan yang kita sendiri pun tak sadar melakukannya. Tapi apakah aku si manusia kaku dan bodoh ini tak dapat merasakan sedikit saja sesuatu yang di namakan persahabatan??
Sesuatu yang dari dulu aku harapkan? Apakah tak akan ada yang mengabulkan itu sampai aku tiada nanti?  Aku hanya ingin sedikit saja, meski mungkin itu adalah suatu kebohongan apakah aku tetap tak dapat? Apa aku harus benar-beanar menghapus itu? Entahlah….
Ya mungkin kau kan bingung mengapa aku begitu bermimpi akan semuahal itu, jika kau melihat ke balik diriku kau kan lihat begitu gelap yang ada di belakang ku, ya… seperti malam mencekam penuh teka-teki dan terselubung oleh hal yangku pastikan taka nada seseorang yang mau tenggelam ke dalamnya bersamaku.
Suatu waktu aku pernah bermimpi akan ada seorang laki- laki datang kepadaku melamarku namun aku tampak tak bahagia. Bukan karena kau tak menyayangi laki-laki itu tetapi aku tak bisa karena suatu kebencian dan suatu tekanan. Ya… kebencian yang aku dapat akibat telalu berharap tentang persahabatan itu, masih aku ingat berbagai upaya ku untuk menghubungkan kita menjadi suatu sahabat. Dan tekanan itu pula yang aku dapat dari semua itu.
Kadang…… manusia di hadapkan dengan pilihan yang sangat sulit sehingga bisa saja kita tergelincir dalam lubang itu dan membuat suatu kerusakan dalam tubuh yang seharusnya kita jaga agar tetap mulus, tapi bagaimana cara kita agar tak terjatuh kedalamnya? Apakah ada caranya? Aku butuh itu, aku butuh keduanya, dan meski aku harus berkata aku sangat bergantung pada itu takan membuatku menundukan kepala.
Setelah sesuatu terjadi kau pasti menemukan hasilnya, dan jika salah kau tak boleh jatuh dalam lubang yang sama begitupun jika kau benar, jangan terlalu bangga akan itu, sesuatu akan sangat mudah berbalik dalam sekejap bahkan tak akan ada yang bisa menghitung kecepatan dari perubahan itu.
Dan ya… semua yang di harapkan manusia tak mulus seperti yang di harapkan, tak selalu. Dan aku mengalami itu, tapi kenapa? Kenapa selalu aku? Begitu letih aku menjalani ini semua, berjalan di tengah dusta yang ku buat dengan secara tidak sengaja oleh semua orang yang mengisi kekosonganku.
Lalu aku harus apa saat aku sudah terjebak terlalu jauh? Haruskah aku berlari, berteriak, memohon, menyembah??? Meminta untuk melepaskan aku dari hal yang tak aku menegrti sama sekali?
Sebenarnya siapa dalang dari semuanya? Apakah ada? Tentu ada dan yang seharusnya di salahkan adalah aku sendiri. Aku yang salah telah memiliki rasa lain padanya, padahal kau tau sendiri ia tak boleh atau terlarang untuk kau cintai…
Huhh…. Memang siapa yang menginginkan ini? Salahkan hati yang harus berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya saat berada di dekatnya, salahkan mata ini yang tak bisa lepas dari pandangannya, salahkan tubuh ini yang tak bisa menjauh dari raganya.
Baiklah mungkin memang seharusnya aku mengatakan yang sesungguhnya tanpa bertele-tele, ya aku mencintainya. Tanpa atau dengan sadar aku telah memulai masalah berikutnya dalam kehidupanku, aku yang tak pantas atau bahkan tak boleh mencintainya malah terjatuh dalam jebakan itu.
Mengapa tak boleh? Bukan kah hak semua orang tuk sling mencintai? Mengapa aku di larang mencintainya? Hal sepele kan menjawabnya, yaitu persahabatan.
Miris memang, mengorbankan hati hanya demi persahabatan yang ku tahu sendiri persahabatan itu begitu lekat dengan kata kebohongan dan dusta. Lalu mengapa aku harus tetap mempertahankan itu semua? Mengapa aku masih harus mengorbankan perasaan di tengah kebohongan yang telah di tutupi dengan embel-embel kata persahabatan? Jangan lupakan waktuku yang ku gunakan tuk menemukan sahabat sejati.
Karena aku tak tau kan sampai kapan aku bisa bertahan hidup di tengah penyakit yang terus menggerogoti tubuh ini, di tengah nyawa yang telah di ambang antara hidup dan mati, berharap menemukan arti dari sebuah persahabatan yang selalu orang lain agung-agungkan.
Namun…… seiring berjalan waktu, detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, waktu yang ku nanti… waktu yang ku tunggu tak kunjung datang. Raga, hati, jiwa, tak dapat lagi menanti kan hadirnya waktu itu, mulai lelah dengan segala penantian yang telah ku lakukan. Kesabaran ada batasnya, ya… dan aku telah sampai pada batasnya sampai aku mulai berfikir inilah akhir dari kisah hidupku yang telah ku rangkai dari awal aku terlahir di dunia yang indah ini
Huh… lucu memang, aku masih saja menganggap dunia ini indah sedangkan aku tak pernah merasakan indahnya dunia itu sejak aku terlahir di dunia ini, begitu banyak cita-cita yang telah aku ukir dalam anganku berharap suatu waktu aku dapat meraih itu semua, berharap suatu waktu umurku masih sampai untuk ke sana.
Tapi yah ini lah takdir, dan aku sudah tak dapat merubahnya, aku hanya tinggal menunggu waktu di mana aku kan menutup mata dan meninggalkan semua kenangan yang ku harap dapat terkenang dalam benak semua orang yang mengingat diriku.
Ya sudahlah… itu sudah terjadi, bukankah kita harus tetap menjalaninya dengan senyuman meskipun itu menyakitkan? Aku bahagia, tenang… bahkan aku sangat bahagia. Aku bahagia karena aku masih dapat merasakan indahnya jatuh cinta dan aku merasakan bagaimana indahnya berada di dekat orang yang ku sayangi.
Kau akan merasakan bagaimana jantungmu bekerja atau berpacu dua kali liapat dari biasanya, kau akan merasakan bibirmu yang takkan bisa lepas dari senyuman, kau akan merasakan tubuhmu yang seakan selalu tertarik bagai magnet oleh tubuhnya, kau akan merasa segala tindakanmu begitu konyol di matanya, kau akan merasa tak tenang dengan segala yang akan berjalan selanjutnya, kau akan sangat bimbang, kau akan merasa sosok yang ada di dekatmu itu adalah benda atau sosok yang langka sehingga kau takkan pernah mau menaglihkan matamu pada sekelilingnya, kau akan merasa ia adalah objek yang paling menarik hatimu.
Begitu banyak hal yang akan kau alami ketika bertemu atau berada di dekat orang yang kau cintai, begitu pula denganku, tak dapat berpacaran dengannya membuat aku begitu menginginkan moment-moment yang indah bersamanya agar dapat ku kenang ketika aku mulai tak dapat bertemu dengannya lagi.
Salahkah aku? Salahkah aku begitu mengharapkan ia memiliki perasaan yang sama denganku, salahkah aku berharap jika ia bisa saja membalas perasaan yang telah ku bangun selama ini? Karena tanpa sadar aku mulai berfikir bahwa ia adalah milikku.
Anggaplah aku egois, biarkanlah aku egois untuk kali ini, sampai ketika keegoisanku membuahkan hasil yang cukup tak terduga, persahabatan yang hancur menjadi hadiah ulang tahunku. Siapa yang menyangka jika waktu-waktu yang ku lalui dengannya kan membuat orang lain berfikir lain. Maka terjdilah hal itu.
Lalu aku harus apa? Tak mungkin jika seorang diriku yang begitu mengharapkan adanya kata persahabatn membiarkan hal itu terjadi begitu saja tanpa ada penjelasan. Bukan diriku jika memang lari dalam masalah dan membiarkan itu semua berjalan seiring ingatan yang kan memudar pula.
Ingatan memudar, waktu berlalu, takkan pernah mengubah posisi hancurnya kata persahabatan menjadi sahabat. Upaya telah ku lakukan, berbagai penjelasan tetap tak mengusik diri sahabatku itu. Dia yang malah dengan sengaja membuat seolah-olah aku yang seharusnya sangat merasa bersalah dalam hal ini, yang padahal seharusnya ia sendiri yang betanggung jawab, karena ia kami menjadi seperti ini. Karna ia aku harus menderita, karena ia orang itu pun harus menderita, dan ku yakini pula dirinya ikut menderita.



continue.........